Wednesday, February 22, 2017

My Amazing Race Singapore #2 River Safari

*post is still unfinished*

We paid $18 for GrabCar, from Science Center to River Safari, I think the road that we took wasn’t supposed to be that far, kata Widi sih mungkin dia muter lewat tol…It was rain outside, salah satu hal yang membuat gue bersyukur naik Grab, maksudnya biar nggak sedih-sedih amat karena kita kehilangan $18 untuk begitu doang haha. Tapi bener-bener deh gue udah pusing banget dan capek…
I’m kinda concerned for the weather, because it’s a mid raining, and we’re gonna have outdoor activity (I guess, partly). Tapi untungnya nggak terlalu hujan banget yang deres kayak waktu di Science Center, jadi kita masih aman karena hanya rintik dikit.
Gue terdiam beberapa saat waktu mikir gimana mau menceritakan tentang River Safari, mungkin mulai dari depannya yang jadi satu dengan Singapore Zoo kemudian entrance nya beda, kalo mau ke Singapore Zoo belok kanan, dan kita belok kiri. I just…ah, gimana ya, River Safari adalah tempat yang special banget buat gue, lebay emang, tapi beneran. I do really believe that swamp or wetland is my element, more than rainforest (Fariz said he’s a rainforest person), or mountain, beach, tundra, or desert. It itn’t like I don’t like being on those biome, there’s just something about the blending of land and freshwater that connects and bonds with me. Weird, I know, but, oh come one…There must have been something in this natural world that you think really fits you, right?
And just like love, I really had no idea about how to describe the reason behind my acts. Dan bagaimana menceritakan perasaan gue kemaren.
***Nulis postingan ini sambil dengerin covernya Leroy Sanchez and Lorea Turner yang Beauty and the Beast, so good, haha***
It just feels…special.
Ngeliatin foto-foto gue disana (iya, yang difotoin sama Widi jadi guenya keliatan jelek) membuat gue tersenyum dan membangkitkan memori-memori indah pas disana, halah, hahaha. Gimana enggak, coba deh. Begitu tiket kita di scan di pintu masuk, mbak-mbaknya ngasih kita brosur River Safari, gue udah punya brosur kayak gitu terpampang di dinding kamar gue selama lebih dari 3 tahun, yang setiap hari gue liat dengan harapan “Suatu hari nanti gue akan kesana dengan duit gue sendiri.” And I made it. Dan brosurnya beda ternyata, karena sekarang kita udah ada disana, brosurnya sekarang dilengkapi juga dengan peta…Kok gue terharu ya, haha. Sedikit flash tentang brosur itu, jadi waktu pertama kali gue ke Singapore tahun 2014 disponsori oleh keluarganya Fandika, disana ibunya Fandika nanya;
“Nanti di Singapore mau kemana?”
Me: “Singapore Zoo.”
Fariz: “Science Center.”
“Tapi kita nggak ke Universal Studio ya…”
Me: “Pfft, enggaklah, we’re not that kind of kid.”
Tapi entah kenapa jadinya ke Jurong Bird Park, nah pas di salah satu pemberhentian MRT yang kayaknya ada banyak brosur dan leaflet tentang tujuan di Singapore, gue nemu brosurnya River Safari yang…seperti itu. Dan hati gue teriris, karena waktu ngeliat itu kita lagi dalam perjalanan menuju Jurong Bird Park. Kemudian ibunya Fandika bilang gini; “Udah…nanti kesini lagi aja, kalo udah gede bisa pake uang sendiri.”
Dan disinilah gue sekarang.
.
.
.
.
Well okay it should have been past tense.
Dan disanalah gue pada hari Sabtu tanggal 04 Februari 2017.
Di depan gerbang masuknya ada tulisan gini: “The River is Calling. Your journey Begins Here.” And I was like “Ooooooh my God my journey begins HERE!” I was freaked out. I was gonna say that those feeling that pumped out from my heart was like when I met Kurt Hugo Schneider and he hugged me, but then I remember, no it’s not. It was waaaaaaay beyond that. I was gonna passed out, literally. Ada kan ya orang yang saking bahagianya sampe pingsan, haha. Bener-bener deh kayaknya I’m so happy I can’t handle this.
Okay okay, so, here’s my journey…

Tuesday, February 21, 2017

My Amazing Race Singapore #1 Science Center

Abis itu kita turun di Jurong East dan berpikir “We’re screwed.” Karena seinget gue dulu tuh stasiun yang gue turunin itu ada di atas tanah, sementara ini ada di lantai 2! Dan kita Cuma harus jalan dan nyebrang dikit dari stasiun itu, sumpah deh seinget gue itu deket banget. Dan sekarang kayaknya kita jelas-jelas nggak ada disana, well maybe gue salah turun dan dulu tuh turunnya bukan di Jurong East, kemudian abis nanya sama petugas di stasiun katanya kita bisa jalan atau naik bis, tinggal nyebrangin mall besar, dan Science Center ada di baliknya. Akhirnya kita turun, gue beli pulsa dulu sama beli MnM’s rasa pretzel yang dari dulu gue pengen, ternyata rasanya nggak terlalu enak (Well I hate crunchy things), tapi gue abisin tetep karena gue laper. Widi sempet sok-sok baca peta dikit tapi tetep nggak guna, kita sempet ngantri mau naik bis tapi kayaknya kita nggak ngerti gimana caranya, momen dimana gue menyesali nggak beli Singapore Tourist Pass karena kalo punya itu bisa tinggal naik doang ke bis nya. Abis itu kita memutuskan untuk jalan aja. Kasian Widi yang pengen makan karena ngeliat banyak penjaja makanan yang murah dan enak tapi kayaknya Cuma tersedia untuk take away karena terlihat jelas-jelas bahwa nggak ada meja ataupun kursi satupun disana. Typical turis yang malu bertanya sesat dijalan, akhirnya kita nggak jadi makan.
Dan kita jalan nyebrangin mall…Panas cyin! Iya emang Singapore is way too much sunny dan panasnya beda dengan panas Indonesia, haha. Gue sebenernya bawa payung, tapi setelah dicoba payung gue tuh warna biru muda dan totally pointless, karena jadi kayak semi transparan dan jelas-jelas nggak bisa melindungi kita dari sinar matahari. Harusnya gue bawa payung yang biru tua karena ada juga di rumah, okay, penyesalan yang kedua. Abis itu kita Tanya sama orang soal jalan, dan ditunjukkin bahwa Science Center udah dekat, oh and there it is! Gue akhirnya bisa melihat Science Center. Gue dan Widi menyebrangi jalan sama sebuah keluarga yang sepertinya melayu tapi tinggal disini. Must be very nice to be Singapore citizen, isn’t it? Ke tempat kayak gini bisa jalan kaki dari rumah. 
Dan sampailah kita di Science Center…
“Tadaaaaa…” Gue begitu ke Widi, haha.
Abis beli tiket, kita masuk dan sembari berpikir berapa banyak waktu yang kita punya disana, gue mempersilahkan Widi untuk menikmati Science Center. Pas masuk, ada exhibit di depan yang lagi under renovation, semoga itu nggak mengurangi keasikan Science Center nanti. Meskipun spotnya lagi direnovasi, tapi mereka menutupinya dengan rapih dan ditampilin banyak poster dan benda-benda yang ada hubungannya sama Russian Astromony, jadi kayak museum gitu. Well, meskipun lagi direnovasi, mereka nggak membiarkan spot itu jadi sesuatu yang sia-sia dan nggak ada yang nggak bisa dilihat. Coba kalo di Indonesia, sesuatu yang lagi direnovasi akan dibiarkan aja terongok disana, kabel dan benda-benda konstruksi akan dibiarkan begitu aja.
Dari main entrance kita putuskan untuk masuk ke exhibit bertema neuro, di depan dan sepanjang lorongnya ada banyak kabel yang menyala dan menyerupai saraf-saraf ditubuh kita yang bekerja. Gue sih seneng karena arena ini ngebahas banyak hal tentang psikologi dan brain activity, dimana disana ada tentang emotion, how human think, and stuff like that. Sesuatu yang dulu pas gue kesana nggak ada. Dari awal gue ngelihat bahwa arena ini aja dilengkapi dengan banyak aktivitas untuk dilakukan seperti puzzle berbentuk otak yang harus kita susun, kuis-kuisan, video yang diproyeksikan, tombol yang kalo kita pencet dia akan bersuara dan mulai menceritakan bagaimana bagian ini berpengaruh terhadap system saraf tubuh kita, and so much things to read! Like, really, a lot of things. Gue kemudian tersadar, crap, we need more than 24 hours here. Gue teringat kunjungan pertama gue kesini yang rasanya mau nginep aja karena sehari nggak akan cukup, kali ini gue butuh lebih dari satu hari!
Ada lagi yang baru, yaitu suatu hall yang di dindingnya penuh gambar hologram, dengan gambar-gambar dan quote tentang how technology and science’s role in developing human society. Ruangannya berwarna dasar hitam, dan itu keren banget, ada satu sisi juga yang memproyeksikan gambar laut, bener-bener nunjukkin teknologi yang sophisticated banget. Di exhibit tentang solar system, kita masuk ke ruangan yan dibentuk dan di design kayak keraknyanya bumi (eh apa matahari ya gue lupa haha) tapi itu juga adalah salah satu kesukaan gue, dan nggak jauh dari sana ada mesin simulasi angin ribut haha, jadi manusianya disuruh masuk kesana. Pas ngantri kita ngeliat ada satu keluarga masuk kesana dan kayaknya seru banget, akhirnya Widi masuk deh, tapi pas Widi lagi nunggu loading dia ngajak masuk seorang anak kecil cowok, kocaknya adalah saat mesin itu beroperasi mereka kayak seakan want to hold each other tapi awkward! Hahaha, gue dan orang tuanya si anak itu Cuma bisa ngetawain dari luar. Kata Widi sih rasanya kayak kena hair dryer raksasa yang di blow dari bawah dan anginnya kuat banget, seru sih kayaknya…Tapi gue nggak mau coba wkwk.
Lalu kita kembali ke center point nya, ruangan dengan langit-langit desain langit malam plus bintang-bintang, kesukaan gue, disitu seakan jadi titik utama yang mencerminkan Science Center seuluruhnya, oh iya, sekarang ada patung Hulk disana untuk menggoda pengunjung biar masuk ke wahana Avengers yang harganya $30, heheu kita skip itu deh kayaknya. Ada juga arena untuk maparin soal teknologi perang, isinya replica tank, senjata-senjata, dll, kayaknya Singapore udah mulai mau unjuk gigi dalam bidang militer juga. Dan nggak jauh dari sana ada bagian aviationnya juga yang keren banget dan gue suka, banyak sejenis permainan yang bisa dicoba juga, ngerakit-rakit gitu, sampe nyobain alat yang mensimulasikan kenapa sih pesawat itu bisa terbang, atau gitu deh kira-kira. Gue rasa gue dan Widi udah masukin semuanya, dari yang tentang neuro system tadi, biomedicine, bagian teknologi, ekologi, cuaca dan iklim, dll. Oh iya, yang keren adalah mesin simulasi tsunaminya, kita bisa pencet-pencet dan milih apakah mau dari sekedar gempa dalam air doang atau sampe ke tsunami, haha. Ada kayak taman kupu-kupu yang harus masuknya $10 dan gue males, sama kayak aquarium-aquarium yang nampilin binatang-binatang kecil tapi buat gue lebih keren binatang di Indonesia lah ya, hehe.
Dan…itulah Science Center. Gue pribadi sebenernya lebih pengen kalo Widi ngebaca semua ilmu yang terpampang di setiap sudut Science Center, tapi dia bilang he’s more like an excited little kid who plays around and try to touch every single thing, and yeah so be it. All that matters is he’s happy. Gue Cuma pengen dia ngerasain apa yang gue rasain 3 tahun lalu ketika kesini, awalnya ketika ke Science Center bener-bener mikir “Coba Widi bisa kesini juga ya…” Cause I’m sure as hell that he would like it.
Makin jauh gue makin kecapean haha, kepala gue udah sakit banget dan dikit-dikit balseman terus. Somehow I need to make sure that Widi enjoy every moment there, jadi akhirnya gue lebih kayak baby sitting aja, dan moto-motoin dia, sampe akhirnya gue lelah dan duduk sendiri aja kemudian dia gue lepas main entahlah kemana, haha. Sampe akhirnya gue denger pengumuman untuk show Fire Storm dan gue cari Widi untuk ngeliat itu, tapi saat on the way kesana, waktu udah sore juga, Widi pun insist untuk segera cao ke tujuan selanjutnya. Okelah gue ikut, tapi nggak lengkap tanpa ngajak dia ke tempat yang sangat gue inginkan, yaitu Science Center Shop. Seinget gue dulu gue pernah ngasih foto ke Widi tentang satu took yang isinya teleskop banyak banget dan beraneka ragam. Tapi entah dia lupa atau pura-pura lupa, jadi pas sampe sana tuh dia lemeeeesss karena pengen banget tapi nggak bisa beli, haha, katanya kalopun bisa beli entar kita kena pajak di bea cukai yang mahal, haha. Gue rasa sampe detik ini pun dia masih dendam karena ngajak dia ke suatu tempat yang dia nggak bisa gapai, haha.
Kemudian sih kita mau makan di McD disana, tapi emang mahal banget, dan gue sebenernya pengen memulihkan tenaga tapi nggak tau kenapa masih aja capek dan sakit banget kepalanya, Widi pun katanya lapar. Pas pulang sebenernya gue pengen foto di halaman Science Center tapi hujan jadi nggak bisa deh, pas dateng pengen foto tapi malah panas haha. Akhirnya kita memutuskan untuk segera ke River Safari, tapi sumpah gue udah nggak bisa mikir mau naik MRT atau bis lewat mana, dan capek banget juga, akhirnya kita naik apa coba…GrabCar! Wahaha XD

Tuesday, February 14, 2017

Another Prologue, Journey to Singapore

I wish I could create a continuously post like “Singapore Trip Day 1, Singapore Trip Day 2” and so on but heck I only spent about 10 hours there, haha. So here's the prologue, now I’m gonna intersect 3 posts based on the destination, first was The Science Center, second was The River Safari *insert dramatic background sound here* and the last was The Merlion Park (I know, I know, too mainstream)

I think the main reason why me and Widi was extremely fatigue during the trip maybe because our lack of sleep the night before departure, and again, I was very unprepared, again, and I think the main reason why I procrastinated my preparation was because I’m still a lil bit unsure about the trip, like “Are we really gonna do this?” but well maybe because I think that would be a short one day trip so meh I shouldn’t prepare anything. I remembered my first trip to Singapore I was sooo ready for my luggage from the D-2 departure, and I am not a very procrastinator at my second trip either. I’m still not very confident about what should I wear until the last minute, haha. But, whatever, anyway, I’m pretty sure I was fallen asleep at 12, and woke up at 3 because we took the earliest flight it was 7…7 maybe, I think, okay it was 06.30 at our boarding pass (By the way I did the online check in by my self haaaa so proud, duh what a shame).
My Dad drove us to the Bus Station, I also took Bus to the airport on my second trip, we arrive at exactly 4 minus 5 or so but the bus was already gone so we have to wait for 10 to 15 minutes until the another one. I have to admit that I was very anxious what if we were late. I took the window seat at the bus, of course, Widi was fell asleep the moment our bus was took off, I’m still wandering the dawn, listening to my favorite song, I always love riding a big and comfortable transportation such as bus or train. The traffic was quite fast, no jam or anything, I got very excited when we almost reach the airport area, I remembered on my second trip I was busy recording the view for my Instagram Story, but this time I just enjoyed it, the sun was also barely seen (Widi was still sleeping), the next thing I know what tears were started to fallen from my eyes, and I’m getting used to it, I am always quite emotional when things had something to do with hashtag #airplane #plane #airport #aviation and stuff, I can’t precisely know why, but it always make me cry, emotions are overflowing in my heart knowing that I like it so very much and dying to work in this kind of field.
I really love watching the planes on the lane, few of them were moving and the rest was stand still. And there, maybe around 6 we arrived at Terminal 2E, the same with my second trip (Obviously because we took the same airline which is AirAsia). Still dawn, no sunlight and it was cold inside the airport, veeeery cold. Then we wait until the departure.
Wind did this to my hijab, but idgaf :D
I’m so glad me and Widi were sit to each other at the plane (There’s a chance that we might separate by the hallway), I want window seat again so I changed with Widi. Well, the flight was not quite enjoyable, my ear hurt very bad, when we almost landed to Singapore I squeezed Widi’s hand so hard because the pain in my ear was very unbearable, felt like it’s going to explode, but people say that it’s a common thing to someone with vertigo like me, and I always have trouble when I fly, the choice of pain is either on the head or the ear, no escape. I still kinda dizzy and a lil bit sick at the moment my foot was stepped on Singapore’s land, and I also found out that when I was struggling with the pain in my ear, Widi was also having a nausea.
We landed at 10.30 Singapore time, according to Widi, because I was unaware with the time, hehe. We took some water, and walked in. I follow every direction to the MRT Station, funny thing is, I think we arrived at the exact same spot with my second trip, but the path that we took might be different because we didn’t took any security check, at all, no such thing as the female security asked me to took off my long vest and check the bottom of my docmart, I think that’s very ridiculous but I knew she’s only following the protocol, the space on my vest and boots-like-shoe are good for hiding suspicious stuff too, perhaps. But seriously no security check at all, there’s only the immigration where we got out passports stamped. And I don’t think that we took the wrong path either because we arrived at the sky station to the MRT, safely, no such thing as lost or so. Apparently those directions on Changi Airport is very ‘human friendly’ cause seriously I am suck at reading maps or directions, literally. But at there I was turned into someone like a direction-reader-guru, haha. And Widi said that we don’t need a guide or anyone else.

***tulisan diatas ditulis pada hari dan device yang berbeda dengan tulisan dibawah ini, gue baru menydari di detik ini bahwa gue rencana awalnya gue mau nulis full english, karena lupa ya nggak jadi deh hehe. Males juga udah panjang-panjang masa harus dirubah lagi cuma karena bahasa, hehe***

Jadi petualangan pertama kita dimulai dari nyoba beli tiket MRT, sebenernya mau pake yang Singapore Tourist Pass itu yang kalo nggak salah harganya $10 buat 3 hari, tapi kata mbak-mbak di counter kalo Cuma sehari mending pake tiket biasa aja. Nggak jadilah kita beli, kemudian gue menyesali keputusan itu dan sepenuhnya menyalahkan diri gue atas ke-tidak-jadi-beli-an Tourist Pass itu karena dia kan bisa dipake buat naik bis juga nggak Cuma MRT doang.
Arrived at Changi, both safe and sound !
Kemudian gue dan Widi nyoba ticket machine di Stasiun MRTnya Changi Airport, sambil nunggu antrian gue nyontek ngeliatin cara orang belinya begimana. Maklum lah 2 kali gue kesana tiketnya dibeliin terus haha, tinggal tap doang, wkwk. Ternyata nggak susah, semuanya touch screen dan sebenernya nggak usah pake mikir, cuman karena gue grogi aja jadi lama, dan tujuan kita adalah ke Jurong East, terus pas masukin duit duit kok keluar mulu, dia nggak mau memproses, kayaknya sih karena uangnya kegedean, udah pusing aja mikirin gimana kita bayarnya karena itu adalah pemberhentian pertama kita, belum sempet nuker atau mecah duit sama sekali, sampe kita skip berkali-kali biarlah orang duluan yang jalan. Kemudian gue keinget “Aha!” Gue masih punya duit recehan dari trip Singapore gue sebelumnya, lol. Ada dalam jumlah yang cukup meskipun dia Cuma pecahan koin 50 sen, koin $1 dan uang kertas $2, dan berhasil! Bah! Nailed it! Untung gue punya itu, kalo nggak mungkin kita nggak bisa kemana-mana haha. Diam dalam hati, klise sih tapi gue pun bertanya kapan Indonesia bisa kayak gini, hahah ngimpi bener nggak bakalan lah…
Kemudian kita naik MRTnya, mungkin karena di pesawat duduk terus, gue no problem dengan berdiri sepanjang perjalanan. Dan di perjalanan yang panjang itu gue ngitungin berapa kali si Widi mengutarakan kekagumannya sama Singapore, which is salah satu tujuan gue kesini sama dia, pengen ngasih tau dia ada apa di luar Indonesia ini dan kenapa gue seneng banget sama Singapore. Pertama yang Widi perhatiin pasti adalah fisiknya, typical judging something by its cover, huh? Tapi nggak salah juga sih. Gue nggak pandai dalam berkata tentang infrastruktur, pembangunan, dan bla bla bla, tapi tanpa harus diungkap secara explisit pun kita semua tau, betapa sophisticated, canggih dan ‘fancy’nya semua yang ada di Singapore. Sesuatu yang kita nggak punya.
By the way gue bersyukur juga dengan trip yang Cuma sehari ini, jadi gue Cuma bawa tas satu di punggung dan begitu juga Widi. Teringat dulu gue dari Changi bawa tas di punggung satu yang besar isinya baju, di depan satu udah kayak bumil, plus tas kamera, belum lagi bad mood karena pusing jetlag. Gue seneng ketika Widi natap ke jendela dan ngeliatin bangunan-bangunan di Singapore, gue pun sedikit nunjukkin kalo ini tuh ini dan itu tuh itu, sambil kita ngetawain logatnya mbak-mbak yang ngucapin nama-nama stasiun haha. Sayangnya kita sempet miss ketika ngelewatin Singapore Polytechnic yang kalo gue nggak salah inget mereka punya pesawat tempur dipajang di depannya. Dimana dulu pas gue mau ke Jurong Bird Park dan ngelewatin itu, Fariz duduk next to a boy who read a text book about Aviation Engineering or something like that, poor kid. Hey, if there’s any Aviation Psychology major in Singapore then I bet I wouldn’t be here anyway, I’ll work my ass off to get a scholarship in there.

*tbc*

Monday, February 6, 2017

Teaser for Singapore Story 04 Februari 2017

“Singapore in one day?! You’re crazy.”

“I know.”



Kira-kira itu lah potongan percakapan gue dengan orang-orang yang tau bahwa gue akan ke Singapore Cuma sehari doang. Dan reaksi gue juga flat aja gitu, haha. Sejujurnya gue masih meragukan rencana pergi ini sampe ke H-1 kepergian. “This is a very stupid idea.” Gue masih agak-agak males dan merasa bahwa itu nggak worth it, Cuma buang-buang uang aja, mungkin pergi ke suatu tempat di Jawa Barat akan memberi sejenis rasa refreshing dan holiday vibe yang gue pengen. Tapi setelah menjalaninya kemarin, gue nggak menyesal. Singapore is amazing, and I would really love to come back again later if I had the chance. Pengalaman dan rasanya beda dengan trip ke Singapore October kemarin. Bukan, bukan backpackerannya, tapi lebih ke tempat-tempat yang kita kunjungi kemarin, gue nggak heran sih bos-bos gue pada nggak amused dengan Singapore. Gue pengen banget bisa ke How Par Villa nanti, dan bener-bener mendalami sejarahnya. Life is a never ending learning, right?
Awalnya gue ke Singapore itu mau ke Science Centre, buat belajar, of course, terus ke Mustafa Centre buat beli coklat-coklat dan nyari roti prata yang enak banget hehe, sama menikmati malam di Merlion Park. Tapi kemudian gue keinget sama River Safari dan gue langsung kayak, bagaimana lo bisa lupa bahwa lo setengah mati pengen kesana?! And it’s all settled, Cuma ke Science Centre dan ke River Safari aja. Gue yang tadinya masih mikir-mikir dan kekeuh dengan kayaknya duitnya bisa kita saving buat yang lain aja daripada ke Singapore langsung kayak excited banget dengan perjalanan kita nanti.
Gue akui gue emang kurang prepare, kurang istirahat, dan kurang makan, sehingga jadilah perjalanan yang melelahkan, bikin sakit kepala sehingga gue balseman terus sepanjang jalan, dan sampe bener-bener pengen muntah. Dimana pas lagi naik MRT menuju Changi Airport itu gue udah berniat untuk pulang mau langsung ke kantor aja, tepar di UGD dan butuh banget diinfus RL. Tapi nggak jadi haha. Tapi beneran, gue secapek itu. Widi pun udah meyakini bahwa nanti di pesawat pulang dia bakal muntah, tapi ternyata dia bisa tidur.

Belum kebayang juga gimanakah gue mau ngeblog tentang perjalanan gue ke Singapore ini, gue Cuma pengen nulis sesuatu tentang kunjungan gue ke River Safari Singapore yang nggak bisa gue ceritain di Facebook karena terlalu panjang, hehe.
Btw gue sekarang lagi di Shigeru, nungguin Widi nggak dateng-dateng huft. Lama juga ya…Awalnya sih gue emang mau nungguin dia, tapi di kantor aja, sambil ngeblog di computer, tapi yaaa antara takut karena kemaren abis ada yang kesurupan dan harus nemenin dr. Putri yang belom dijemput suaminya, yaah I’ll do anything for a piece of dori tempura and unagi sushi. 
Gue sendiri dari kemaren masih scrolling foto-foto gue, trip ke Singapore October kemaren emang not so much fun, tapi stock foto gue yang bagus ada banyak haha. Nah ini dikit yang bagus dan nggak sesuai ekspektasi haha. Akhirnya gue tau kenapa;
1. Tempat-tempat yang gue kunjungi kemarin indoor dan minim pencahayaan, bahkan cenderung tersetting gelap hehe, Science Centre gelap, bahkan langit-langitnya didesign kayak langit malam, tough so pretty but so hard to capture. Dan River Safari juga banyak akuarium-akuarium besar yang indoor, gelap juga lah jadinya soalnya airnya kalo nggak biru ya ijo hehe.
2. YANG MOTO SI WIDI!!! Hahahah, ya mo gimana lagi. Manusia itu emang paling nggak bisa moto gue dengan bagus, gue pun iri melihat foto-foto dia yang diambil oleh gue dan membandingkan dengan foto muke gueh.

Anyway, ini dulu deh cuplikan untuk postingan blog mendatang yang akan menceritakan petualangan di Singapore hanya dalam satu hari saja, haha.

For anyone who might had a crazy idea to go to Singapore in just one day, I had some advice:
DON'T.
Wkwkwk serius deh jangan, capek banget. I've been waiting to say that for so long, hehe. I said 'some' in purpose, tapi emang udah sengaja hanya akan jawab satu kata yaitu jangan, haha.

Saturday, January 28, 2017

Love is An Open Door

I finally get my hands of Disney's "A Frozen Heart", and I am so excited to blog about it right now.
Price in Bahasa: Rp. 65.000,-
Price in English: Rp. 189.000,-
Cukup jauh ye bedanya, yang gue beli di Paperclip adalah english version, design cover antara yang English dan Bahasa sih sama persis, tapi yang English ini hardcover, cantik banget. Me likey.
Sebenernya waktu pertama kali ngeliat buku ini di Gramedia, pastinya yang menarik mata adalah covernya yang bagus, warnanya biru gelap dengan gambar salah satu scene di film Frozen waktu Anna dan Hans membentuk hati dengan tangan mereka, awww...(that would be my reaction on the first place before knew the real Hans). Awalnya tertarik banget pas ngeliat buku itu, tapi setelah baca sinopsis di belakangnya dan baru tau bahwa itu adalah cerita tentang film Frozennya yang sendiri dan udah gue tonton berkali-kali, meskipun gue suka banget sama Frozen, waktu itu gue merasa nggak worth it untuk beli buku itu yang harganya Rp. 65.000,- dan menghabiskan waktu untuk membacanya.
Tapi beberapa bulan kemudian gue lagi beli ebook untuk di tablet dan pesen juga untuk judul A Frozen Heart ini, mumpung harga satu ebooknya Rp. 5000,- haha. Dan setelah gue baca awalnya, gue rasa ternyata isi bukunya cukup bagus. And hell yeah it was really good! 
Mungkin timing-nya pas juga dengan setelah gue kesemsem sama Eddie Redymanye dan Benedict Cumberbatch lalu gue terkesima dengan film-film The Theory of Everything, The Imitation Game dan The Danish Girl dimana itu adalah film-film yang sangat bagus dan pengen banget baca versi narasi dari film tersebut yang gue asumsikan akan lebih bagus, tapi eh adanya justru buku duluan muncul yaitu buku biografi, lalu kemudian dibikinlah film. Disertai dengan ekspektasi gue akan buku yang diadaptasi dari film bagus akan mengeluarkan narasi yang indah pula. Jadi inget jaman gue SMP dulu gue seneng banget beli novel adaptasi dari film Indonesia, beneran deh, dulu tuh ada zaman dimana setiap film baru yang muncul akan langsung keluar novel adaptasinya juga yang gue bisa dapatkan dengan mudah di Indomaret dan gue akan selalu beli, gue suka banget dulu bacanya haha. Mungkin itulah yang terjadi sekarang...
A Frozen Heart ini menceritakan Frozen dengan lebih detail, latar belakang yang lebih terbuka dan sudut pandang yang berbeda dari beberapa tokohnya. Nggak bikin bosen meskipun udah nonton Frozen berkali-kali. Personal opinion sih tapi. Tapi kalo gue merasa kok ini lebih fokus sama percintaan Anna dan Hans dibandingkan tentang si Snow Queen sendiri yaitu Elsa, padahal kayaknya yang hatinya frozen itu si Elsa kan, kemudian dia bikin heart (jantung)nya di Anna literally frozen dengan kekuatannya, tapi gue nangkep kayak yang hatinya beku disini adalah Hans karena niat jahatnya, haha. Mungkin itulah kenapa covernya buku ini adalah gambaran tangannya Anna dan Hans serta tulisan di balik buku ini adalah satu kalimat tentang love is an open door. Beda dengan yang versi Indonesia dimana yang tertulis di belakang buku adalah sinopsisnya.
Anyway, A Frozen Heart ini adalah novel berbahasa Inggris kedua yang gue miliki setelah "Let It Snow", temanya jadi winter yah, next yang pengen gue beli mungkin "My True Love Gave Me" jadi temanya masih winter juga haha.
Jadi secara keseluruhan buku ini adalah buku yang bagus kok, beneran deh. Gue sendiri cukup lega karena lirik lagu-lagu yang dinyanyikan di film Frozen nggak ada di buku ini haha.




Thursday, December 1, 2016

I Love Fantastic Beasts More Than Harry Potter


Okay, first thing first, please don’t hate me because I think that Fantastic Beast and Where to Find Them is better than Harry Potter. I just really really really love it and I can’t help it. I grew up reading Harry Potter book from 1 to 4, until that I stopped. And the only Harry Potter movie that I liked is only the first Harry Potter and the Sorcerer’s Stone and third Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, I catched the goodness of Harry Potter and get mind blew by the wizard world and really want to go to Hogwartz by the first movie, it really amazed me, so many good things to be seen, and the third movie has a deep story and drama, I just like it tough. And the rest of Harry Potter movie was, meh. I remembered when the last time my boyfriend asked me out to watch the first part of Harry Potter’s last movie I was almost fallen sleep because I was so bored, and I still mad at him everytime I thought that so many times of my life has been wasted to watch that movie, I don’t like it, the wizard world is dark, lots of tears and misery, I know that was the story, I knew they grew up but I still think that movie has ruined the first Harry Potter movie that I saw when I was a kid.

When I was aged 9 to 10 I’m a hugeeee fan of Harry Potter and Daniel Radclife, I collected a lot of their merchant and I watch the first movie over and over again, but as they’re grew older and the story get darker, I lost my identity as a Potter fan. The reason why I watched Fantastic Beast movie was because Eddie Redmayne, I don’t even know what is the point of story, again, please don’t hate me. I used to be a huge fan of Eddie since I saw him on The Theory of Everything when he played as Stephen Hawking, you know, the man of science is so my kind of guy. I watched the movie trailer once and I wasn’t really pay attention on the story. All I know was this is the story before the Harry Potter thing happen, I don’t care, Eddie’s there. And as I see the advertisement about the movie like everywhere, I know the movie story is plotted in New York, I was scared at the first time because on Doctor Strange I watched the glorious Bennedict Cumberbatch being an American and don’t talk British, but I thankful that Newt Scamander is a British wizard.
At the beginning of the movie, the typical Harry Potter opening music from Warner Bros has really got me, I forgot that I tell my self I should watch again the Harry Potter first movie as soon as I get back home, and I really like Newt Scamander from the very first time of his appearance.
And my thought about the movie? Terrific! Fantastic Beast and Where to Find Them is FANTASTIC!!! I really really really love it. I swear to God I had no idea that the movie was about a man who really care about animal (or, beast) and feel more like home when he’s around them instead of human. Sounds familiar? Me! I AM like him. I just found about Newt’s character on that movie, and bonus point, it was played by Eddie, so when he talked to his beloved beasts “It’s okay, mummy’s here…” Aah…I am melting (ing, still right now), it really got me. And I can’t stop my fangirling since I found out that Newt is a Magizoologist, how cool is that? He really cares about the endangered beasts and live to protect them. I wish I figured out more about Fantastic Beast earlier, because I really like it.
Too precious to this world
The whole story isn’t so dark like the last Harry Potter movie that I watched. Watching Newt’s adventure to get all of his beasts back was so fun, my favorite part was the first time then went to Newt’s house and watched him pet all of his beasts, he really cares a lot about them and I love to see that, my boyfriend said that I wasn’t even blink at once and really gasped by that scene. The funniest part is when he found his niffler on the jewelry store pretend to be mannequin. I’m also mind blown by the mating dance that Eddie did, he used to be a shy person and that is so not him so that’s just proof how great he is as an actor. 
 I don’t know how many times I told you that I like the whole Fantastic Beast story, I really like it! And to me it’s flawless. I’m really looking forward to see the next movie of Fantastic Beast and Where to Find Them.

And by the way, I also made a journal about Fantastic Beasts and Where to Find Them then posted it on my planning account, you can check it here, xoxo :)

My desktop wallpaper, heehee

Thursday, December 31, 2015

2015 POP MEDLEY!!!


It's here! It's here!
Kurt & Sam's 2015 Pop Medley is finally here!
I'm very excited when I open YouTube this morning, yhaaa gue bahkan baru bangun tidur di Senin pagi dan langsung buka YouTube. Begitu nonton, gue ngeliat bahwa bukan suatu hal yang baru dimana mereka bikin video di atau dengan mobil, tapi ternyata setelah nonton sampe abis, itu semua dilakuin one take di dalem mobil dimana Sam nyanyi sambil nyetir, so yeah it was pretty cool, Kurt said that I was taken on an empty parking lot with no people around so that's safe, haha, even Kurt and Sam in the front also wearing seat belts.
It's not only Kurt and Sam on the video, but also Jason, Joel, and Laura in the back. The funny part was Laura because she's on the back-est and almost barely unseen, lol.
Hal yang paling bikin kaget sekaligus seneng disini adalah Kurt pake ukulele batik pemberian gue sebagai hadiah ultah dia yang gue kasih waktu Meet and Greet di Gandaria City. Ya Allah gue seneeeeeeeeengg banget! Di pake di awal dan akhir video di bagian lagu Cheerleader, almost Kurt's video is one take recently dan dia ganti-gantian pake alat musik sehingga jarang di suatu video dia cuma pegang satu alat musik, salah satu ciri khas my very talented boyfriend *eh* adalah dia bisa make hampir semua instrument. So ngeliat gitar gue dipake meski cuma beberapa detik gue udah seneng ruar biasah. Padahal gitarnya udah dipake dari awal, tapi justru baru beberapa saat kemudian saat gitar itu mau dioper gue baru sadar dan tersontak "GITAR GUEH!" Rasanya campur aduk, seneng dan terharu banget. Nggak nyangka Kurt akan make gitar itu di videonya, meskipun musik aslinya nggak dibikin dengan gitar itu dan cuma buat di peragain di video doang, gue udah seneng banget. Rasa senengnya hampir mirip kayak pas ketemu sama Kurt, thank you so much Kurt for using my Batik ukulele that I gave you!
So, about the song, beberapa orang berpikir bahwa lagu ini belum mencakup semua lagu populer di 2015, wong Kurt juga bilangnya almost kok, jadi nggak semua. Gue pribadi menilai ini lagu yang tetep enak dan video yang fun buat ditonton, uh, speaking about fun. Reaksi gue pas nonton ini (selain tentang batik ukulele) adalah "Bocah-bocah gila..." karena emang kelakuan mereka di video ini ampun deh haha. Tapi tetep keren, karena semuanya dilakuin dalam satu kali take tapi tetep terorganisir, Jason, Joel dan Laura bisa muncul dan menghilang sesuai dengan waktunya dan kalo udah ngumpet, mereka bener-bener ga keliatan, susah lho karena one take ini nggak ada yang mengcomandoin karena semuanya di mobil, kalo biasanya kan ada yang ngasih aba-aba dan ngasih tau apa, kalo seandainya pas ini ada yang rencananya ngumpet tapi ternyata tangannya masih keliatan kan ga akan ketauan kecuali udah selesai diliat hasilnya dan harus ngulang lagi (which might happen, mungkin video yang di upload ini udah kesekian kalinya percobaan haha) udah gitu bergeraknya juga sesuai dengan tema, kalo lagu yang heboh ya heboh, kalo lagu yang slow kayak waktu Wildest Dream juga background koreografinya mendukung haha. Mereka juga pake banyak properti selain alat musik, sampe bola yang buat dugem itu, beneran mereka heboh banget, udah gitu ada bagian dimana Jason dan Joel mosing sampe dorong-dorongan, stress! Haha
Bagian dimana mereka sempet berenti terus make keyboard yang dimasukin lewat jendela juga keren haha, yang dimasukin lewat rooftop juga. Duh mereka harusnya di endorse sama merk mobil tuh, that would be a very cool advertisement.
So that's all my review about Kurt Hugo Schneider's 2015 Pop Medley that surely worth to wait at the end of the year :)